Rabu, 12 Januari 2011

Bahasa Identitas

Bahasa adalah identitas. Mungkin itulah jawaban spontan yg pernah ku lontarkan pada seorang teman ketika ia mengatakan: "Lucu ya, sekarang aku sudah sangat jarang mendengar bahasa sepertimu".



Terlepas benar atau salah jawaban yang aku berikan, atau hanya sekedar pembelaan diri. Ku akui sedikit banyaknya bahasa menggambarkan identitas dan tingkat intelektual seseorang. Orang yang berbicara santun misalnya, menggambarkan orang yang ramah. Orang yang berbica kasar tentulah orang yang kasar. Berbicara tegas menggambarkan orang yang mempunyai jiwa yang kuat & tidak cengeng.



Dalam diskusi atau percakapan sehari-hari pun kita sering melihat secara tidak langsung tingkat intelektual seseorang. Orang yang berilmu luas tentu dapat berbicara lebih jauh tentang suatu masalah, dapat memberikan komentar yang bermutu berdasarkan sudut pandag keilmuan yang ia miliki. Berbeda dengan orang yang sering kita sebut "TONG KOSONG NYARING BUNYINYA", hanya bisa ngoceh sana-sini tanpa makna berarti.



Tidak hanya kepribadian & tingkat keilmuan seseorang yang tergambar dari bahasa, tetapi luasnya pergaulan seseorang dapat terpantau dari bahasanya. Orang yang hanya tinggal di kampung-bagai katak dalam tempurung- tentu berbahasa daerahnya saja, orang yang sering mondar-mandir Jakarta-Medan-Denpasar-Papua-Banjarmasin tentu lebih sering memakai Bahasa Indonesia. Tapi, kalau orang yang sering keluar negeri belum tentu pandai berbahasa asing. Contohnya aku, walau belum pernah keluar negeri, aku juga ngerti walau hanya sekeder "Yes-No" atau "Na am-La".



Identitasku? Tentu tergambar dari bahasaku. Seorang kampung yang dengan bangganya memakai dialek Ilung yang takkan bisa lepas dari lidahku, walau perpuluh tahun bermukim di daerah lain.*Ingat; tak bisa lepas...



Daftar pustaka: hanya ada dalam otakku.

Sebuah pemikiran yang boleh berbeda dengan isi kepala orang lain.

*Tulisan pertama berdasarkan hati nurani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar